"Bayar Bayar Bayar" Dari Kritik Sosial Hingga Kontroversi, Sukatani Tarik Lagu yang Menggema di Aksi Kamisan.
Kabar Kala, Jakarta - Band punk asal Purbalingga, Sukatani, baru-baru ini menjadi pusat perhatian publik setelah lagu mereka yang berjudul "Bayar Bayar Bayar" menuai kontroversi.
Lagu ini mengkritik praktik pungutan liar yang dilakukan oleh oknum kepolisian, dengan lirik yang menyinggung berbagai situasi di mana masyarakat harus "membayar polisi".
Namun, lagu ini menjadi semakin populer setelah sang pemilik lagu membuat video klarifikasi dan permintaan maaf karena para demonstran yang sedang melakukan aksi di berbagai daerah di Indonesia, sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan.
Setelah pada 20 Februari 2025, Sukatani memutuskan untuk menarik lagu "Bayar Bayar Bayar" dari semua platform musik digital.
Dalam pernyataan resminya, gitaris Muhammad Syifa Al Lutfi (Alectroguy) menyampaikan permohonan maaf kepada Kapolri dan institusi Polri.
Menegaskan bahwa lagu tersebut ditujukan untuk mengkritik oknum kepolisian yang melanggar peraturan.
Bukan institusi secara keseluruhan.
Mereka juga mengimbau pengguna media sosial untuk menghapus konten yang menggunakan lagu tersebut guna menghindari potensi risiko hukum di kemudian hari.
Di hari yang sama dengan video klarifikasi diunggah, bertepatan pada aksi Kamisan ke-852 yang digelar di Jakarta, para demonstran dengan lantang menyanyikan lagu "Bayar Bayar Bayar" di hadapan barisan polisi yang berjaga.
Momen ini menjadi simbol perlawanan terhadap praktik ketidakadilan yang masih terjadi di berbagai sektor.
Nyanyian tersebut menggema di kawasan aksi, menarik perhatian banyak pihak dan semakin memperkuat posisi lagu ini sebagai anthem protes sosial.
Keputusan penarikan lagu dan permintaan maaf dari band punk lokal Sukatani memicu reaksi beragam di kalangan warganet, terutama di platform X.
Banyak yang menyayangkan penarikan lagu tersebut dan menganggapnya sebagai bentuk tekanan terhadap kebebasan berekspresi.
Tagar #KamiBersamaSukatani pun menjadi trending, menunjukkan dukungan masyarakat terhadap band tersebut dan pesan yang mereka sampaikan melalui musik.
Kontroversi ini menyoroti peran penting musik sebagai medium kritik sosial dan refleksi terhadap realitas yang terjadi di masyarakat.
Meskipun menghadapi tekanan, keberanian Sukatani dalam menyuarakan isu sensitif seperti ini mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan.
Sederetan public figure terutama sesama seniman dan penyanyi seperti Baskara Putra (Hindia) dan Bandnya (feast), Kunto Aji, Andovi Da Lopez, Soleh Solihun dan masih banyak lagi yang secara terbuka menyuarakan dukungan mereka terhadap pesan yang disampaikan oleh Sukatani.
Mereka mengungkapkan kekecewaan terhadap praktik korupsi yang terjadi di institusi kepolisian dan mendukung upaya band tersebut dalam menyuarakan kritik sosial melalui musik.


What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow